Pada suatu ketika, ada seorang anak penggembala yang tinggal di sebuah desa kecil.
Dia menyukai perbukitan dan lembah di sekitar desa, dan sering membawa dombanya ke atas bukit dan ke lembah untuk merumput.
Suatu hari, ketika dia sedang menjaga kawanan ternaknya, dia mendengar suara melolong keras yang datang dari salah satu lembah di dekatnya.
Dia segera menyadari bahwa itu adalah serigala, dan dia segera berlari kembali ke desa untuk meminta bantuan.
Penduduk desa dengan cepat lari keluar desa dengan senjata mereka, dan mereka berhasil mengusir serigala tersebut.
Anak penggembala itu begitu lega dan bersyukur sehingga dia mengucapkan terima kasih kepada semua orang di desanya sebelum kembali menggembalakan dombanya.
Sebagai cara untuk berterima kasih padanya, penduduk desa memberinya lonceng perak kecil dengan pita biru yang indah di sekelilingnya dan menyuruhnya untuk selalu memakainya.
Anak penggembala menjadi sangat menyukai lonceng itu, dan dia memakainya setiap hari saat dia menjaga kawanan dombanya.
Dia tidak tahu bahwa serigala telah mengawasinya, dan berusaha membalas dendam pada penduduk desa.
Suatu hari, ketika anak gembala keluar untuk menjaga kawanannya, serigala muncul dan menyerang domba-dombanya.
Anak gembala itu dengan cepat membunyikan belnya, dan serigala itu lari ketakutan.
Penduduk desa mendengar bel dan segera berlari keluar untuk membantu anak gembala tersebut, dan serigala itu diusir sekali lagi.
Penduduk desa sangat terkesan dan berterima kasih karena mereka memberikan lonceng yang lebih besar dan lebih baik kepada anak penggembala itu, dan menyuruhnya untuk selalu memakainya untuk perlindungan.
Anak penggembala selalu memakai bel, dan dia berhasil menjaga kawanannya tetap aman selama bertahun-tahun sejak saat itu, karena serigala terlalu takut untuk kembali setelah mendengar bel.
Cerita tersebut merupakan kisah lama yang sering diceritakan kepada anak-anak, untuk mengingatkan mereka akan pentingnya selalu waspada dan menjaga sahabat satwa kita.
Ceritane Wong Agustus 26, 2023 Admin Bandung IndonesiaDongeng Cindelaras adalah sebuah kisah rakyat tradisional dari Jawa yang paling dikenal tentang kepolosan, kecintaan dan keberanian seorang anak perempuan bernama Cindelaras. Kisah tradisional ini telah diadaptasi ke dalam berbagai bahasa dan mungkin dikenal atas berbagai nama yang berbeda.
Cerita berkisar di sekitar Cindelaras, seorang anak perempuan muda yang cantik. Dia tinggal di sebuah desa kecil bersama ayahnya, yang merupakan seorang pemburu. Suatu hari, ayahnya tidak pulang dan Cindelaras mendapatkan diri mereka dalam situasi kemiskinan.
Ingin melindungi keluarganya, Cindelaras berjuang untuk mencari nafkah di hutan. Dia berhutang pada seekor seekor raksasa yang dia temui di sana dan melakukan berbagai tugas yang tidak mudah dalam usaha untuk membayar hutangnya. Suatu hari, saat dia mencoba untuk menyelamatkan seekor kucing dari ekor seekor singa, raksasa merasa terkesan dan mengampuni hutang Cindelaras.
Cindelaras dipuji untuk ketulusan dan keberaniannya dan menerima berbagai hadiah dari raksasa. Dia juga menerima sebuah reben bermotif kembang, dan menjadi ikon dari protagonis dongeng. Dengan kekuatan rebennya, Cindelaras berhasil menemukan ayahnya dan keluarganya bahagia.
Kisah tradisional Cindelaras banyak dicontohkan oleh generasi sekarang karena ia menunjukkan kepolosan, kecintaan dan keberanian. Melalui kisah Cindelaras, anak-anak diajarkan untuk berjuang dan tidak putus asa walaupun kondisi sulit. Mereka juga belajar untuk saling menghargai dan bersikap ramah terhadap semua orang.
Berbagai versi dari kisah Cindelaras telah muncul, dan ada banyak orang yang masih membagi cerita ini ke berbagai generasi. Kisah tradisional Cindelaras selalu menjadi favorit di hati pendengar dan menyimpan sebuah pesan yang berharga.
Ceritane Wong Agustus 26, 2023 Admin Bandung Indonesia
dongeng cindelaras
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor kancil kecil yang cerdas bernama Kancil. Dia terkenal karena kecerdasannya dan online. Dia mempunyai hati yang besar dan dia sangat berani.
Suatu hari, ketika dia sedang berjalan-jalan di hutan, dia menemukan sebuah kolam tua. Saat dia tersesat di sekitar kolam, dia bertemu dengan seekor buaya raksasa. Kancil sangat takut pada buaya, namun dia juga sangat pemberani di saat yang bersamaan. Dia memutuskan untuk menghadapi buaya tersebut dan menyatakan dengan lantang, “Pertama, saya harus mengakui bahwa saya takut. Tapi aku mempunyai keberanian yang besar dan tidak akan lari dari Buaya Perkasa sepertimu!”
Buaya itu tak berkutik dan hanya menatap ke arah Kancil. Sebaliknya Kancil berani mengadakan perjanjian dengan buaya. Ia mengusulkan kepada buaya agar ia mengitari kolam dan buaya harus tetap diam sampai Kancil selesai berputar-putar. Kancil yakin bahwa ia tidak akan pernah bisa menyelesaikan lingkaran mengelilingi kolam tanpa tertangkap oleh buaya.
Namun dia memiliki keyakinan pada dirinya sendiri dan mulai mengitari kolam dengan kecepatan tinggi dan setelah dia selesai berputar-putar, buaya itu masih berada di tempat yang sama. Kancil telah mengecoh buaya tersebut sehingga bebas pergi.
Kisah Kancil dan Buaya Perkasa dirayakan hingga saat ini karena merupakan kisah inspiratif tentang kecerdasan dan keberanian mengatasi rasa takut dan kekuatan hewan yang dikenal sebagai salah satu predator paling kejam. Dan bahkan hingga saat ini, Kancil dikenang karena kepintarannya yang ia gunakan untuk melarikan diri dari bahaya dan menunjukkan kepada dunia bahwa sekecil apa pun Anda, kecerdasan dan keberanian Anda akan SELALU menonjol.
Ceritane Wong Agustus 26, 2023 Admin Bandung Indonesiadongeng kancil dan buaya
The Kesultanan Jambi under Sultan Thaha Syaifuddin, a member of the Boru Panggoaran dynasty, was one of the larger Islamic states on the east coast of Sumatra, Indonesia. This sultanate was established in 1661 and lasted until the 19th century when the Dutch colonial government signed the Treaty of London, ending the sultanate.
Sultan Thaha Syaifuddin was born in 1607 and was the son of Sultan Alimuchsyach Syaifuddin. He succeeded to the throne after the death of his father in 1661 and was known for consolidating and strengthening the kingdom of Jambi. During his reign, he established a maritime policy with other kingdoms of the region, such as Palembang, Pahang, and Aceh. He actively traded with the Dutch East India Company (VOC) and other foreign trading companies, which helped to grow the region’s economy.
Sultan Thaha also improved the civic infrastructure of Jambi. He developed a system of irrigation, which enabled the sultanate to produce more agricultural products. He built the city's first mosque, Masjid Agung Jambi, in 1680, as well as two other royal mausoleums and several Islamic schools.
Sultan Thaha died in 1688 at the age of 81, leaving the throne to his son-in-law, Sultan Ahmad Syamsuddin. The reign of Sultan Thaha was a period of peace, economic growth, and cultural advancement in the sultanate of Jambi. His legacy is still remembered in the province of Jambi, as evidenced by local traditions and folklore.
Ceritane Wong Agustus 26, 2023 Admin Bandung Indonesia
Sultan Thaha Syaifuddin
Syekh Usman Tungkal adalah tokoh agama dan sufi Islam yang berasal dari Jawa yang bercucuran darah Melayu di tengah-tengah komunitas pendeta Hindu di Indonesia Tengah. Ia sendiri lahir di desa Meang District Tugul, kurang lebih pada tahun 1867 dan meninggal pada tahun signaled suatu tahun di antara 1929 dan 1930). Di dunia Islam, beliau dikenal lewat nama 'Khaidir'.
Syekh Usman Tungkal banyak berdiam di Tugul, Banyuwangi, dan sekitarnya. Kehidupannya tidak banyak diketahui. Namun, para pengagum ajarannya mengatakan bahwa Syekh Usman Tungkal adalah seorang sufi yang mendalami sastra, termasuk berbagai teks suci Islam. Beliau mengajar sebuah perpaduan ajaran Al-Quran dan Al-Hadith dengan filsafat Hindu dan Budha.
Syekh Usman Tungkal dikenal sebagai seorang yang berjiwa batin yang tinggi, berpikirannya yang terbuka, dan pandangan hidup yang memadai. Beliau juga dikenal sebagai seorang yang dermawan dan dermawan sangat hypocrite. Beberapa ulama dan pemuka agama Hindu dan Budha, seperti Kyai Zuhri dan Kyai Kawi Aji, berkenalan dengannya. Juga beberapa pemuka masyarakat, seperti Sultan Tulem dan Abah Agus Suwondo.
Usman Tungkal lahir sebagai seorang Muslim berdarah Jawa. Kehidupan beliau menjadi bahan obrolan bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Menurut Legenda, ketika ia berumur tujuh tahun, Khaidir mendapatkan ilham untuk belajar teks-teks Al-Quran, Al-Hadith, dan filsafat dari para tokoh spiritual sekitar yang membina dan bergaul dengannya. Para pengikutnya menyebut ilham spiritual ini ‘ilham kh Young’.
Legenda lain mengatakan bahwa Syekh Usman Tungkal dari Tugul pergi ke Madinah pada tahun 1902 untuk berhaji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Setelah dan kembali ke Banyuwangi, dia mendirikan jam’iyah di Tugul, yang ia beri nama Jam’iah Shiroh, untuk menyebarkan ajaran-ajarannya.
Syekh Usman Tungkal tersohor dan disanjung di tengah umat Islam Indonesia. Berbagai kesaksian soal generositasnya, kematangan spiritual dan ajaran-ajarannya menyebar ke seluruh kawasan nusantara. Bahkan sampai saat ini, kisah inspiratif beliau masih terus diabadikan dalam tulisan, cerita rakyat dan lagu tradisional. Ceritane Wong Agustus 26, 2023 Admin Bandung Indonesia